-SEJARAH INDONESIA-
“ Peristiwa 10 November “
Pertempuran Di Surabaya
NILAI
|
|
Kata Pengantar
Puji Syukur atas kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas segala
limpahan rahmat , inayah Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isi nya yang sangat
sederhana .
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca , sehingga ke depan nya bisa menjadi lebih baik .
Makalah ini masih saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki masih kurang .oleh karna itu saya harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat membangun kesempurnaan
makalah ini .
Bandar Lampung, April 2015
Menu
Ø
Kata pengantar
Ø
Daftar Isi
ü
Kronologis penyebab peristiwa
·
Kedatangan
Tentara Jepang ke Indonesia…………………………..
·
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia…………………………………..
·
Kedatangan
Tentara Inggris & Belanda………………………………
·
Insiden
di Hotel Yamato ,Tunjungan , Surabaya…………………
·
Kematian
Brigadir Jendral Mallaby……………………………….…..
·
Perdebebatan
tentang pihak penyebab baku tembak…………..
Ø 10 November 1945…………………………………………………………………….
Ø Latar belakang Hari Pahlawan…………………………………………………..
Ø Penutup / Kesimpulan dan Saran………………………………………………
Ø Daftar Pustaka………………………………………………………………………….
Kronologi
penyebab peristiwa
·
Kedatangan
Tentara Jepang ke Indonesia
Tanggal 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian tanggal 8 Maret 1942, pemerintah kolonial Belanda menyerah
tanpa syarat kepada Jepang berdasarkan Perjanjian
Kalijati. Setelah penyerahan
tanpa syarat tersebut, Indonesia secara resmi diduduki oleh Jepang.
·
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Tiga tahun kemudian, Jepang
menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh
Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki.
Peristiwa itu terjadi pada bulan Agustus 1945. Dalam
kekosongan kekuasaan asing tersebut, Soekarno kemudian
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
·
Kedatangan Tentara Inggris & Belanda
Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya
melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran
yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan
Jepang sedang berkobar, tanggal 15
September 1945, tentara Inggris mendarat diJakarta, kemudian mendarat di
Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East
Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk
melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang,
serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Namun selain itu tentara Inggris
yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi
pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil
Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk
tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan
pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan
pemerintahan NICA.
·
Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya
Setelah munculnya maklumat pemerintah
Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa
mulai 1 September1945 bendera nasional Sang
Saka Merah Putih dikibarkan
terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin
meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di
Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato (bernama Oranje Hotel atau Hotel Oranye pada zaman kolonial,
sekarang bernama Hotel
Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.
Sekelompok
orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada sore hari
tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul
21.00, mengibarkan bendera
Belanda (Merah-Putih-Biru),
tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas
Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya
melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina
kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan
melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung Di
Surabaya
Hotel
Oranye di Surabaya tahun 1911.
|
Pengibaran bendera Indonesia setelah
bendera belanda berhasil disobek warna birunya di hotel Yamato
|
Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato,
Residen Soedirman, pejuang
dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen
(Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus
sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa
lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI
dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera
Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini
Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui
kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan
terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh
Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan
mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono melarikan
diri ke luar Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk
menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam
hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Koesno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek
bagian birunya, dan
mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai bendera Merah Putih.
Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara
Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di
kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di
kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.
·
Kematian Brigadir Jenderal Mallaby
Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan
pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur
mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata
antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata
di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir JenderalMallaby, (pimpinan tentara Inggris
untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal
Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan
terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal
Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai
sekarang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena
ledakan granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby
ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada
keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia
menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan
administrasi NICA.
Perdebatan
tentang pihak penyebab baku
tembak
Setelah
terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert
Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang
Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat
yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas
ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.
Ultimatum
tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang
telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut
ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu
sudah berdiri, dan Tentara Keamanan Rakyat TKR juga telah dibentuk sebagai
pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah
dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang
menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran
tentara Inggris di Indonesia.
Pada
10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar,
yang diawali dengan pengeboman udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya,
dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang,
tank, dan kapal perang.
Inggris
kemudian membombardir kota Surabaya dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar
di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk
dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban
dalam serangan tersebut, baik meninggal maupun terluka.
Bung Tomo di Surabaya, salah satu pemimpin revolusioner Indonesia yang paling
dihormati. Foto terkenal ini bagi banyak orang yang terlibat dalamRevolusi Nasional Indonesia mewakili jiwa perjuangan revolusi utama Indonesia saat
itu.[5]
Di
luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwawanan di Surabaya bisa ditaklukkan
dalam tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat terus
menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan
terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris.
Tokoh-tokoh
agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi
perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan
tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) shingga perlawanan pihak
Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu
lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak
terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai
waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan
pihak Inggris .
Setidaknya
6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil
mengungsi dari Surabaya.Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira
sejumlah 600 - 2000 tentara. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan
ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh
Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya
pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November
ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga
sekarang.
Latar Belakang Hari
Pahlawan
Setelah
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta 17 Agustus 1945
pasukan Jepang mulai dilucuti oleh tentara nasional dan rakyat. Proses
pelucutan ini menimbulkan bentrokan-bentrokan di berbagai daerah yang cukup
banyak menimbulkan korban. Inisiatif tersebut juga dilakukan karena pihak
sekutu di Indonesia masih belum juga melucuti tentara Jepang.
Pihak sekutu yang telah menjatuhkan bom di kota Hiroshima
dan Nagasaki di Jepang juga turut akhirnya turun ke Indonesia untuk melucuti
tentara Jepang. 15 September sekutu yang diwakili oleh Inggris mendarat di
Jakarta dan 25 Oktober di Surabaya dengan 6.000 serdadu dari Divisi ke-23
dengan pimpinan Brigadir Jenderal Mallaby. Namun pendaratan sekutu ini
didomplengi kepentingan Belanda secara rahasia melalui NICA untuk
kembali menguasai Indonesia meskipun sudah memerdekakan dirinya.
Rakyat Indonesia marah mendengar konspirasi tersebut
sehingga perlawanan terhadap Inggris dan NICA tetap berlanjut yang memuncak
ketika pimpinan sekutu wilayah Jawa Timur Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh 30 Oktober di Surabaya.
Inggris dan NICA melalui Mayor Jenderal Mansergh yang menggantikan Mallaby mengultimatum rakyat Indonesia
untuk menyerah sampai batas akhir tanggal 10 November pagi hari. Namun di batas
ultimatum tersebut rakyat Surabaya menjawabnya dengan meningkatkan perlawanan
secara besar-besaran, salah satu pimpinan perlawanan tersebut adalah Sutomo, dikenal sebagai Bung Tomo (yang sampai saat ini belum diangkat secara resmi menjadi Pahlawan
Nasional, hanya menerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama pada tahun 1995 oleh presiden Suharto).
Perang tersebut melibatkan pasukan sekutu dengan 30.000
serdadu (26.000 didatangkan dari Divisi ke-5 dengan dilengkapi 24 tank Sherman) dan 50 pesawat tempur dan beberapa kapal perang.
Inggris menduga 3 hari Surabaya bisa ditaklukan namun kenyataannya memakan satu
bulan sampai akhirnya Surabaya kembali jatuh ke tangan sekutu dan NICA.
Perang ini menimbulkan perlawanan lain di semua kota seperti
Jakarta, Bogor, Bandung sampai dengan aksi membakar kota 24 Maret 1946 dan Mohammad Toha meledakkan gudang amunisi Belanda, Palagan Ambarawa, Medan, Brastagi,
Bangka dll. Perlawanan ini terus berlanjut baik dengan senjata maupun dengan
negosiasi para pimpinan negeri seperti perjanjian Linggajati di Kuningan, perjanjian di atas kapal
Renville, perjanjian Roem-Royen sampai akhirnya Belanda mengakui
kedaulatan Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada tahun 1949.
Empat tahun revolusi yang sangat bersejarah bagi bangsa
Indonesia, hingga akhirnya momen 10 November dijadikanHari Pahlawan. Dari
fakta sejarah di atas bisa kita simpulkan bahwa ancaman pertama kemerdekaan
Indonesia bukan hanya Belanda ingin menguasai kembali, namun sekutu yang
dipimpin Amerika memiliki kepentingan tersendiri di Indonesia.
Penutup / Kesimpulan dan Saran
Pada penutup ini,diuraikan dari kesimpulan yang didapatkan
dari hasil presentasi atas apa yang telah berjalan untuk hari ini , kelebihan
dan kekurangan hasil dari pembuatan dalam makalah ini
Berikan saran untuk pembuatan dalam makalah ini yang akan datang, ataupun berikan saran untuk sebagainya , dan lain sebagainya dapat dicantumkan di sini.
Berikan saran untuk pembuatan dalam makalah ini yang akan datang, ataupun berikan saran untuk sebagainya , dan lain sebagainya dapat dicantumkan di sini.
Daftar Pustaka
Merupakan bagian terakhir dalam
penyusunan sebuah makalah, Daftar pustaka ini berisi nama-nama literature yang
kita jadikan referensi dalam pembuatan makalah tersebut.
Daftar pustaka meliputi alamat dari website internet. Akan tetapi, keberadaan / keabsahan website internet untuk dijadikan referensi karya ilmiah masih menjadi pertentangan di kalangan akademisi
Daftar pustaka meliputi alamat dari website internet. Akan tetapi, keberadaan / keabsahan website internet untuk dijadikan referensi karya ilmiah masih menjadi pertentangan di kalangan akademisi
Isi dari makalah saya dapat dari alamat dibawah ini
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
0 comments:
Post a Comment